“Udah?” tanya laki-laki yang tengah duduk pada kursi kemudi sambil menatap ke arah Shenina dengan salah satu lengannya berada di atas setir kemudi. Perempuan yang ditanya, menolehkan kepalanya sekilas seraya tersenyum dan menggangguk. Maksud senyumannya bukan hanya membalas perkataan lawan bicaranya, tetapi juga karena ia dapat mencium aroma parfum buatannya yang digunakan laki-laki itu menyeruak seisi mobil. Selalu ada perasaan bahagia dan bangga tersendiri dari Shenina ketika mendapati seseorang menggunakan parfum buatannya. Eshan terlihat masih mengenakan setelan yang sama seperti yang dia gunakan saat mengisi program radio beberapa saat tadi. “Okay berangkat!” tambahnya lagi, yang dibalas tawa ringan dari Shenina.
Tidak berselang lama setelah kendaraan yang mereka kendarai keluar dari kawasan apartemen Shenina, laki-laki yang netranya masih fokus pada jalanan itu kembali bersuara. “Lagi pengen makan sesuatu, gak? atau ada tempat yang pengen banget lo datangin?”
Tepat se-per sekian detik nampak raut wajah yang tidak dapat diartikan dari perempuan yang ditanya. Tidak sesuai dengan ekspektasinya, laki-laki ini kasusnya berbeda dengan ‘laki-laki’ sebelumnya. Baginya bukan tanpa alasan, melihat beberapa hari ke belakang Eshan nampak ‘antusias’ menyambut hari ini. Cukup membuat Shenina berpikir, hingga tanpa sadar menghancurkan susunan balok-balok ekspektasinya sendiri akan sosok Eshan. Tidak sampai disitu saja, kesalahan yang dilakukan perempuan itu sebenarnya bukan sekedar membangun ekspektasi, tetapi Shenina juga tanpa sadar telah membandingkan laki-laki di sampingnya dengan mantan kekasihnya. Ia mengira Eshan sudah menyiapkan date course atau paling tidak, sudah memiliki tempat tujuan untuk ‘date’ mereka malam ini, seperti saat kencan pertamanya dengan Mevan. Shenina tak ingin mengakuinya, namun memang benar terkadang ekspektasi tidak seindah realita. Tapi siapa sangka? dibandingkan harapan akan kesenangan yang tidak konstan itu, hal yang sebenarnya ia butuhkan adalah sesuatu yang benar-benar terjadi dan nyata adanya.
“Nina?” tanya Eshan lagi membuyarkan pikiran gadis di sampingnya.
“Eh hm.. apa ya? gue gak begitu laper. Ngemil aja, mau gak?”
“Gua mah bebas, apa aja asal bareng lo” jawab Eshan santai.
“Dih, kirain at least lo udah tau tujuannya mau kemana” tambah Shenina.
“Tujuan gua mah udah tercapai Na, kan tujuannya jalan bareng lo. Masalah mau kemana dan ngapain mah bebas yang penting bareng, ya gak?”
“Dangdut banget” balas Shenina sambil berusaha menahan kedua sudut bibirnya yang bergerak naik tanpa aba-aba itu.
“Eh hampir lupa!” kata Eshan tiba-tiba yang membuat perempuan di sampingnya sedikit terkejut. Mendapati hal itu, Eshan tertawa sambil menunjuk ke arah dashboard di depan Shenina.