Siapa yang percaya dengan ucapan Kyra yang tiba-tiba ingin keluar mencari angin? Nina tahu sahabatnya ini sedang berusaha menghiburnya. Pertemanan mereka yang hampir genap satu dekade itu menjadi alasan, bahwa terkadang kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar untuk bisa saling mengerti satu sama lain.

“Java chip?” ucap Kyra sesaat mobil yang mereka kendarai berjalan keluar dari kawasan apartemen tempat mereka tinggal.

“Absolutely, yes” balas Nina setuju. Tidak pernah ada penolakan atas minuman favorit keduanya ini, terlebih saat mereka berdua atau salah satunya sedang dalam kondisi perasaan yang buruk. Segelas Java chip frappe selalu bisa mengobati.

.

.

Perjalanan mereka hanya diisi obrolan ringan tentang apa yang mereka lakukan seharian atau keduanya yang bersenandung mengikuti lagu yang terputar di radio. Sampai salah satu dari mereka memberi isyarat untuk berhenti sejenak di sisi jembatan. Saat itu sudah larut malam, tetapi mereka masih mendapati sekitar dua mobil yang lebih dulu berada disana. Setelah mendapatkan parkiran yang strategis, Kyra yang keluar lebih dahulu terlihat sedang menikmati hembusan angin dan sesekali memotret pemandangan malam itu. Disusul Nina yang saat ini sudah berada di sampingnya sambil memberikan salah satu minuman yang mereka pesan tadi.

“Thanks,” ucap Kyra yang dibalas senyuman dan anggukan dari Nina.

Detik berikutnya, kembali sunyi. Tidak ada yang memulai obrolan di antara mereka. Kyra yang sesekali melirik ke arah Nina pun bingung memilih kata-kata yang tepat untuk dikatakan kepada sahabatnya itu agar tidak memperburuk kondisi hatinya. Sampai akhirnya, perempuan itu menghela napas lalu melontarkan pernyataannya. “You know, you’re always allowed to cry Nin,” kata Kyra tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

Nina yang mendengar itu tersenyum miris, lalu menunduk sambil memainkan sedotan pada gelas minumannya “I know, tapi gue juga gak tau kenapa. Dibanding merasa sedih, i just feel… empty”

“That’s why, waktu lo tanya alasan kenapa gue gak pacaran gue selalu jawab—”

“It’s better being alone than, feeling lonely when you’re with someone,” sambung Nina.

Kyra spontan menghadapkan tubuhnya pada Nina “Exactly, tapi gue harap lo gak nyalahin diri lo sendiri. It’s obviously his fault! ya emang gak bisa dibilang seratus persen kesalahan dia pasti, secara dasar sebuah hubungan kan dua arah. But you need to know that it’s not something you can controlled. Gak ada manusia yang benar-benar siap untuk yang namanya perpisahan Nin, it’s happening whether you say it or not, like it or not,” jelas Kyra yang dibalas anggukan oleh Nina. “Dan sadar gak sih? kalau sebenernya kemaren-kemaren itu kalian cuma saling nunggu. Siapa yang berani membuat keputusan duluan, ” sambung Kyra. Netra gadis di hadapannya itu terlihat mulai kesusahan menahan sesuatu yang seharusnya dilepaskan sejak tadi.